Perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan yang anak yang dapat mendengar. Rendahnya tingkat prestasi anak tunarungu bukan berasal dari kemampuan yang rendah tetapi pada umumnya disebabkan karena intelegensinya tidak berkembang secara maksimal. Hal tersebut menghambat mereka dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Aspek inteligensi yang bersumber pada penglihatan dan yang berupa motorik tidak banyak mengalami hambatan, bahkan dapat berkembang dengan cepat. Salah satu kesulitan anak tunarungu ialah keterbatasan berbahasa dalam mengolah informasi yang diterima. Kemampuan berbahasa diperlukan anak untuk memahami pengenalan warna tersebut, sementara anak tunarungu mengalami hambatan dalam berbahasa. Kosakata yang dimiliki anak tunarungu sangat terbatas.
Salah satu metode pembelajaran adalah metode eksperimen yang merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk lebih percaya melakukan suatu proses atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata buku atau guru. Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana anak melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya, menuliskan hasil percobaan kemudian hasil pengamatan disampaikan ke kelas dan dilakukan evaluasi oleh guru (Roestiyah NK, 2008 : 80). Metode pembelajaran ini sangat penting di lakukan agar proses belajar mengajar tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para anak tersebut suntuk dan juga anak tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut dengan mudah.
Djamarah (2002 : 95) mengemukakan metode eksperimen adalah cara penyajian pembelajaran, dimana anak melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini anak diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai proses sesuatu.
Judul Percobaan : Terapung, Melayang dan Tenggelam.
- Tujuan Percobaan : Mengetahui kemungkinan peristiwa yang terjadi jika sebuah benda dimasukkan ke dalam zat cair.
- Landasan Teori : Ada tiga kemungkinan peristiwa yang terjadi jika sebuah benda dimasukkan ke dalam zat cair. Seperti ditunjukkan pada gambar berikut!
Benda Terapung | Benda dikatakan terapung jika sebagian benda masih muncul diatas permukaan zat cair. Benda terapung jika :
· Massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat cair. · Besar gaya apung sama dengan berat benda. |
Benda Melayang | Benda dikatakan melayang jika benda berada dalam zat cair, tetapi tidak berada di dasar zat cair. Benda melayang jika :
· Massa jenis benda sama atau hampir sama dengan massa jenis zat cair. · Besar gaya apung sama atau hampir sama dengan berat benda. |
Benda Tenggelam | Benda dikatakan tenggelam jika berada di dasar zat cair. Benda tenggelam jika :
· Massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair. · Besar gaya apung (FA) lebih kecil dari berat benda. |
Alat dan Bahan :
1) Gelas kimia (dapat diganti dengan gelas transparan 400 ml atau bahan transparan lainnya yang dapat menampung telur).
2) Adukan (kayu kecil atau pensil atau benda lainnya).
3) Sendok.
4) Air.
5) Telur.
6) Garam.
Kesimpulan Percobaan :
1) Mengapa telur terapung?
Massa jenis telur lebih kecil dari massa jenis air garam sehingga besar gaya apung sama dengan berat telur. Ini membuat semakin mudah objek terapung di dalam air garam.
2) Mengapa telur melayang?
Massa jenis telur sama atau hampir sama dengan massa jenis air garam sehingga besar gaya apung sama atau hampir sama dengan berat benda. Ini membuat semakin mudah objek melayang di dalam air garam. Ketika seseorang menambahkan air garam ke dalam air tawar, maka telur akan melayang. Hal ini juga berlaku di dalam kolam renang dan laut.
3) Mengapa telur tenggelam?
Karena massa jenis telur lebih besar daripada massa jenis air tawar sehingga besar gaya apung (FA) lebih kecil dari berat benda. Inilah yang membuat telur mudah tenggelam.