PROGRAM STUDI
1.Kelompok Mata Pelajaran
- Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
- Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan lokal.
- Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri. Muatan lokal dapat memuat Tulisan Arab Melayu
- Kelompok C berupa program kebutuhan khusus yang diberikan sesuai dengan kekhususan peserta didik. Program Kebutuhan Khusus untuk:
- tunanetra adalah Pengembangan Orientasi, Mobilitas, Sosial dan Komunikasi;
- tunarungu adalah Pengembangan Komunikasi, Persepsi Bunyi, dan Irama;
- tunagrahita adalah Pengembangan Diri;
- tunadaksa adalah Pengembangan Diri dan Gerak; dan
- autis berupa Pengembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan Perilaku.
- Satu jam pelajaran tatap muka adalah 30 (tiga puluh) menit untuk SDLB, 35 (tiga puluh lima) menit untuk SMPLB dan 40 (empat puluh) menit untuk SMALB
- Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 40% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
- Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting.
- Kompetensi Dasar mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya terdiri atas empat aspek yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.
- Kegiatan ekstrakurikuler antara lain berupa Pendidikan Kepramukaan dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Satuaan pendidikan dapat mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing
- Pembelajaran menggunakan Tematik-Terpadu kecuali mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan Program Kebutuhan Khusus.
2. Muatan lokal
merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang dapat terintegrasi di dalam mata pelajaran yang ada.
Muatan lokal dikembangkan oleh pemerintah daerah provinsi sesuai dengan kewenangannya dan/atau satuan pendidikan. Mengingat substansi muatan lokal dapat ditentukan oleh satuan pendidikan, maka muatan lokal yang dikembangkan di SLB Cendana Duri terintegrasi dalam mata pelajaran yang relevan, terutama pada mata pelajaran Seni Budaya dan keterampilan pilihan yang bersifat temporer.
Muatan lokal yang dikembangkan dan terintegrasi pada mata pelajaran seni budaya antara lain Penulisan dan Pembacaan Arab Melayu dimana materi ajarnya mencakup tentang menulis dan membaca Arab Melayu yang materinya berupa, permainan-permaian yang dilakukan oleh masyarakat Riau, seni music dan tari Melayu Riau. Sementara materi ajar yang terintegrasi pada keterampilan pilihan antara lain Tata boga (makanan khas Riau).
3.Bimbingan dan Konseling
Tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik agar dapat mencapai kematangan dan kemandirian dalam kehidupannya serta menjalankan tugas-tugas perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, karir secara utuh dan optimal. Layanan bimbingan dan konseling di SLB Cendana Duri dilakukan untuk membantu peserta didik agar mampu:
- memahami dan menerima diri dan lingkungannya;
- merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir dan kehidupannya di masa yang akan datang;
- mengembangkan potensinya seoptimal mungkin;
- menyesuaikan diri dengan lingkungannya;
- mengatasi hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya; dan
- mengaktualiasikan dirinya secara bertanggung jawab.
Layanan bimbingan konseling di SLB Cendana Duri ini dilakukan berdasarkan beberapa permasalahan yang terjadi pada peserta didik, seperti; masalah perkembangan individu, perbedaan individual, kebutuhan individu, penyesuaian diri, kelainan tingkah laku, dan masalah belajar. Pelaksanaan bimbingan konseling dilakukan oleh wali kelas, hal ini dilakukan karena sekolah belum memiliki tenaga khusus bimbingan konseling. Wali kelas membuat program bimbingan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil bimbingan.
4.Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing satuan pendidikan dan karakteristik peserta didik.
5.Gerakan literasi sekolah
SLB Cendana Duri menjalankan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Literasi dalam konteks kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Gerakan ini dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi merupakan cara peserta didik mengakses, memahami, dan menggunakan informasi yang berada di sekitarnya untuk mengatasi berbagai permasalahan hidupnya.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah. Aktifitas di SLB Cendana Duri dalam melaksankan Gerakan Literasi sebagai berikut.
- Pendidik mengajarkan menyimak, mengajarkan keterampilan berbicara, mengajarkan baca tulis;
- Pendidik bercerita/membacakan cerita;
- Pendidik memperdengarkan rekaman cerita; peserta didik bermain peran dari isi cerita yang telah dibaca;
- Peserta didik membaca naskah/cerita fiksi dengan atau tanpa bimbingan dari pendidik;
- Membimbing peserta didik berdiskusi ringan mengenai karakter dari tokoh cerita dengan teman sekelas disesuaikan dengan tingkat hambatan intelektual; dan
- Mengajak peserta didik secara rutin mengunjungi dan membaca buku di perpustakaan sekolah.
6.Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), 8. Kompetensi Abad 21, dan 9 HOT.
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Nilai-nilai ini ingin ditanamkan dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan nasional agar diketahui, dipahami, dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan di sekolah dan di masyarakat. PPK lahir karena kesadaran akan tantangan ke depan yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun sekaligus melihat ada banyak harapan bagi masa depan bangsa. Hal ini menuntut lembaga pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, berupa individu-individu yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Memahami latar belakang, urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting bagi kepala sekolah agar dapat menerapkannya sesuai dengan konteks pendidikan di daerah masing-masing.
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dapat berbasis pada budaya sekolah dengan memotret berbagai macam bentuk pembiasaan, model tata kelola sekolah, termasuk di dalamnya pengembangan peraturan dan regulasi yang mendukung PPK. Proses pembudayaan menjadi sangat penting dalam penguatan pendidikan karakter karena dapat memberikan atau membangun nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Budaya sekolah yang baik diharapkan dapat mengubah perilaku peserta didik menjadi lebih baik. PPK berbasis budaya sekolah mengembangkan berbagai macam corak relasi, kegiatan dan interaksi antar individu di lingkungan sekolah yang mengatasi sekat-sekat kelas, yang membentuk ekosistem dan budaya pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Membangun budaya sekolah yang baik dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di sekolah. Contoh kegiatan yang dapat dikembangkan dalam membangun budaya sekolah adalah 1) pembiasaan dalam kegiatan literasi; 2) kegiatan ekstrakurikuler, yang mengintegrasikan nilai- nilai utama PPK, dan 3) menetapkan dan mengevaluasi tata tertib atau peraturan sekolah. Budaya sekolah yang baik dapat mengembangkan iklim akademik yang kompetitif dan kolaboratif, yang diperlukan sekolah dalam menetapkan atau memperkuat branding sekolah.
7.Kompetensi/Skill Abad 21 Critical Thinking, Creative, Comunicative, Colaboration (4Cs)/Kemampuan Kritis, Kreatif, Kolaborasi, dan Komunikasi (4K)
Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi kehidupan, termasuk dalam proses pembelajaran. Dunia kerja menuntut perubahan kompetensi, Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi menjadi kompetensi penting dalam memasuki kehidupan abad 21. Sekolah dituntut mampu menyiapkan peserta didik berkebutuhan khusus memasuki abad 21. Pembelajaran pada abad 21 disesuaikan dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Untuk itulah maka Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus yang dikembangkan dituntut untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan peserta didik yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skills).
Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila guru mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong peserta didik untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.
Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memiliki beberapa karakter yang sering di sebut sebagai 4C.
1. Communication
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari pendidiknya.
2. Collaboration
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, memaklumi kerancuan.
3. Critical Thinking and Problem Solving
Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
4. Creativity and Innovation
Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
- Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Selain mengintegrasikan mengintegrasikan perkembangan dunia abad ke-21, pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus di SLB Cendana Duri diharapkan mencapai Higher Order Thinking Skill (HOTS).
HOTS merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dimana diharapkan PDBK SLB Cendana Duri memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognisi, kreatif sesuai dengan karakteristik dan potensinya. Semua keterampilan tersebut aktif ketika seseorang berhadapan dengan masalah yang tidak biasa, ketidakpastian, pertanyaan dan pilihan. Penerapan yang sukses dari keterampilan ini terdapat dalam penjelasan, keputusan, penampilan, dan produk yang valid sesuai dengan konteks dari pengetahuan dan pengalaman yang ada serta lanjutan perkembangan keterampilan ini atau keterampilan intelektual lainnya.