Anak Berkebutuhan Khusus merupakan anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial-emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya jika dibandingkan dengan anak lain yang seusia dengannya.
Menurut Kauffman & Hallahan (2005) dalam Bendi Delphie (2006) tipe atau jenis anak berkebutuhan khusus adalah :
- Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (total) atau sebagian (low vision).
- Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran, baik sebagian ataupun menyeluruh, dan biasanya memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara.
- Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki inteligensia yang signifikan berada di bawah rata-rata anak seusianya dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam masa perkembangan.
- Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk dan fungsi tubuh atau anggota gerak.
- Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta berperilaku menyimpang.
- Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan sekumpulan masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah rentang atensi atau perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas, yang menyebabkan kesulitan berperilaku, berpikir, dan mengendalikan emosi.
- Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repetitif dan stereotype.
- Anak dengan gangguan ganda adalah anak yang memiliki dua atau lebih gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan, pendidikan khusus, dan alat bantu belajar yang khusus.
- Anak lamban belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik.
- Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning disabilities adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung.
- Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara, suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh faktor fisik, psikologis dan lingkungan, baik reseptif maupun ekspresif.
- Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah anak yang memiliki skor inteligensi yang tinggi (gifted), atau mereka yang unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik, seni, olah raga, dan kepemimpinan.
Asesmen adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan, dan pencapaian hasil belajar peserta didik, yang hasilnya kemudian digunakan sebagai bahan refleksi serta landasan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Asesmen Diagnostik merupakan asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kemampuan dan kondisi peserta didik tidak terkecuali juga dengan peserta didik yang berkebutuhan khusus. Asessmen diagnostik ini harus dilakukan karena karakteristik dan jenis kebutuhan khusus yang beragam, sehingga program pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kondisi peserta didik. Pada sekolah luar biasa asessmen ini sangatlah penting dan wajib dilakukan pada setiap siswa baru yang akan belajar di sekolah luar biasa. SLB CENDANA DURI mewajibkan peserta didik baru untuk mengikuti kegiatan asessmen diagnostik guna mengatahui dimana penempatan kelas dan kemampuan sesuai dengan karakteristik dan jenis dari kebutuhannya.
Tantangan yang biasa muncul adalah adanya orang tua yang belum memahami tentang Anak Berkebutuhan Khusus, baik dari segi kemampuan, hambatan, serta sosial emosional yang dimiliki, sehingga orang tua belum menerima kondisi sebenarnya yang terdapat pada anak mereka. Banyak juga orang tua yang merasa malu membawa anak berkebutuhan khusus yang mereka miliki untuk dapat bersekolah di sekolah luar biasa. Tantangan berikutnya bersumber dari anak berkebutuhan khusus itu sendiri, dikarenakan banyak karakteristik dan jenis sehingga sulit untuk melakukan asessmen diagnostik, baik dipengaruhi dari perilaku dan emosional oleh karenanya saat pelaksanaan asessmen diagnostik berlangsung lama dan berulang-ulang.
Dengan adanya berbagai macam tantangan dalam melakukan asessmen diagnostik ini maka saya
- Memberikan pemahaman terlebih dahulu kepada orang tua peserta didik dengan kebutuhan khusus, yang mana karakteristik dan jenis dari kebutuhan khusus itu sendiri beragam dan perlu diberikan pembelajaran yang terkhusus juga.
- Saya melakukan pendekatan baik kepada orangtua peserta didik kebutuhan khusus dan dengan peserta didik kebutuhan khusus itu sendiri.
- Menggali informasi sebanyak mungkin melalui orangtua peserta didik dengan kebutuhan khusus baik berupa kondisi peserta didik, keluarga dan lingkungan sekitar yang berinteraksi langsung dengan peserta didik kebutuhan khusus tersebut.
- Melakukan asessmen diagnostik terhadap peserta didik kebutuhan khusus tentunya dengan istrumen yang sudah disediakan.
- Saya bersama rekan guru mendiskusikan mengenai hasil asessmen yang telah dilakukan terhadap peserta didik kebutuhan khusus untuk mengetahui bersama bagaimana nantinya pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
Yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kepala sekolah, seluruh rekan guru dilingkungan sekolah, orang tua siswa dan peserta didik berkebutuhan khusus.
Dampak dari aksi yang saya lakukan yaitu orang tua peserta didik dengan kebutuhan khusus mulai memahami pentingnya melakukan asessmen diagnostik bagi anak berkebutuhan khusus, dengan assessment tersebut dapat diketahui kemampuan dari calon peserta didik kebutuhan khusus yang masuk sekolah luar biasa. Proses asessmen diagnostik dilakukan untuk mencari berbagai informasi mengenai kondisi peserta didik seperti apa yang sudah dikuasai, apa yang belum dikuasai, dan apa yang dibutuhkan. Sehingga pada akhirnya peserta didik dengan kebutuhan khusus dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jenis, karakteristik dan kemampuan yang mereka miliki.